Demi Masa

MENSUCIKAN HATI DALAM MENGGAPAI RIDHO ILAHI

Selasa, 01 November 2011

Pak Guru kenapa Saya Di Hukum ?

Pak Guru kenapa Saya Di Hukum ?
“ Barangsiapa yang sewaktu di didik diperlakukan kasar dan keras oleh para guru, dan pembantu maka sikap keras itu akan menguasai dirinya, dan jiwanya akan dipenuhi oleh sikap keras itu. Akibatnya perkembangan jiwanya pupus. Justru sikap keras itu mendorong dia malas, berbuat dusta, dan keji karena takut tangan yang keras itu akan melayang dia atas badannya. Didikan keras akan juga mengajarinya bersikap keras pula, suka membuat makar – makar dan tipu daya sehingga hal itu menjadi adat kebiasaan dan akhlak yang dapat merusak nilai – nilai kemanusiaan yang ada padanya.” ( Ibnu Khaldun, Athfalul muslimin kaifa robbahumun nabiyyil amin ).
Judul diatas sering terlontar dari ucapan seorang anak yang di alaminya  ketika anak tersebut  di anggap tersalah,  ia harus diminta mempertanggung jawabkan atas perbuatannya sehingga anak dalam kebingungan kenapa ia harus dihukum padahal bukan dia pelakunya, tetapi sebagian guru sering mengeneralisir masalah tersebut tanpa mengumpulkan data – data dilapangan, kenapa dan bagaimana peristiwa ini bisa terjadi.
Bagaimana pandangan Islam menyikapi masalah ini ?
Pada dasarnya tujuan ditetapkannya hukuman dalam pendidikan Islam adalah semata – mata untuk pembinaan dan perbaikan, bukan untuk melampiaskan rasa dendam. Sebaiknya kita memperhatiakan watak temperamen anak sebelum memberi hukuman, memberikan pengertian agar memahami dan memperbaiki kesalahan yang diperbuatnya, selanjutnya memaafkan kesalahan dan kekeliruannya.
Bagaimana kenyataan di lapangan ?
Tetapi pada umumnya dalam dunia pendidikan saat ini kenyataan dilapangan sangat berbeda dan sangat jauh dari nilai – nilai Islam.  Sebagian oknum guru ada yang menggunakan sanksi fisik agar murid – muridnya patuh, dalam hal ini  jelas melanggar aturan dan hak anak. Efektifitas sanksi ini juga dipertanyakan, apakah anak benar – benar disiplin atau malah membuatnya membangkang.
Pahami kejiwaan anak dalam mendidik.
Perhatikan kejiwaan anak – anak didik kita , hanya karena sedikit kesalahan langsung dilampiaskan pada anak tersebut tanpa melakukan cross cek, hanya karena ada masalah keluarga yang kurang harmonis atau masalah pribadi yang menghantuinya, jangan sampai terbawa – bawa ke sekolah yang mengakibatkan kesalahan yang sangat fatal, sebelum timbul penyesalan di kemudiaan hari. Kekerasan dalam mendidik tanpa diiringi dengan pemahaman perkembangan kejiwaan anak akan menumbuhkan traumatis yang hebat pada anak, sehingga dalam diri anak tersebut munculah pikiran bermacam – macam yang sangat menghantuinya, seolah ia telah ditolak oleh keluarganya, teman – temannya bahkan gurunya disekolah. Maka membangun komunikasi dalam mendidik anak sangat diperlukan. Anak yang berhari – hari, berbulan – bulan bahkan bertahun – tahun diperlakukan dengan serba keras maka akan menimbulkan luka traumatis yang mendalam. Ia akan mengalami “ trauma belajar” seakan belajar merupakan beban yang sangat berat yang harus di musnahkan dari bagian kehidupannya. Sungguh untuk menyembuhkan anak yang terkena traumatis akibat kekerasan yang dilakukan seorang guru di sekolah sangat membutuhakan waktu yang cukup lama, sehingga membutuhkan kesabaran yang tinggi dalam memulihkan kembali jiwanya yang terluka tersebut.
Apa yang harus dilakukan dalam mengatasi guru yang suka main fisik.
Ada beberapa tips dalam mengatasi masalah ini, antara lain :
1.       Jika di sekolah ditemui aturan yang mengandung kekerasan sudah berlaku lama, buatlah negoisasi dengan pihak sekolah. Ungkapkan dengan alasan yang kuat, dampak apa yang bisa terjadi jika anak mendapat sanksi tersebut.
2.       Alangkah baik jika orangtua memberikan alternatif sanksi yang mendidik buat anak. Mintalah dukungan dari komite sekolah dan bangun komunikasi yang sehat antara pihak sekolah dengan orangtua murid.
3.       Lihatlah sejauhmana trauma fisik atau mental yang diderita anak, juga dampaknya pada semangat belajar. Jika sudah berat , jangan sungkan atau malu untuk berkonsultasi dengan psikolog yang ahli dalam disiplin ilmunya.
4.       Bersabarlah dalam menghadapi masalah ini dengan senantiasa membangun komunikasi yang sehat antara anak dengan teman , guru dan sekolahnya.
5.       Bertawakkalah kepada Alloh bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, sebagaimana orang yang tercebur kedalam lubang pasti akan Alloh takdirkan untuk bisa keluar dari lubang tersebut.
6.       Berfikirlah yang positif dan sehat kepada pihak – pihak terkait dalam menyeklesaikan masalah tersebut.
7.       Dalam menyelesaikan masalah sebaiknya mengedepankan semangat kekeluargaan dan ukhuwah Islam.


Wallohu a’lam bis showaab.

Oleh    :  Ahmad Riyadi, S.Pd.I ( Waka Bid. Kesiswaan dan Bimbingan Konseling SDIT ULUL Albab,   Tambun Selatan, Kab. Bekasi.
Maroji’  :  Kitab Athfalul muslimin kaifa robbahumun nabiyyil amin, Syekh Jamal Abdurrahman
                   Atsawaabu wal ‘ iqoobu wal atsaruhu fit Tarbiyatil Aulad, Dr, Ahmad Ali Budaiwi
                   Seratus satu masalah di sekolah, Rahmitha P. Sandjojo, P.si.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar