Demi Masa

MENSUCIKAN HATI DALAM MENGGAPAI RIDHO ILAHI

Jumat, 30 September 2011

JALAN SINGKAT MENUJU JANNAH


JALAN SINGKAT MENUJU JANNAH
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah bersabda: “Jika seorang wanita telah salat lima waktu, puasa di bulannya (ramadhan), memelihara kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan memasuki surga dari pintu mana sahaja yang ia kehendaki”.( HR. Ahmad, Thabarani).
Wahai wanita muslimah!!! Hidup ini adalah taklif (beban agama) ibadah yang terdiri dari perintah dan larangan Allah , maka semua aktifiti dan perbuatan kita sama ada besar dan kecil akan diperhitungankan dan diminta pertanggung jawabannya di hari kiamat nanti. Karena tidaklah Allah menciptkan manusia dan jin melainkan agar ia menyembah dan mengenal Allah .
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adzdzariyat (51):56
Pernikahan adalah merupakan sunnah para Nabi dan sunnah kehidupan, Rasulullah  menjelaskan bahwa pernikahan merupakan separoh agama, artinya separoh beban kehidupan yang dipikulkan oleh agama kepadanya, karena peranan kehidupan seorang yang telah menikah semakin banyak dan lengkap atau separoh peran kehidupan yang harus dilakukan. Seorang laki-laki jika sebelum menikah hanya melakukan beberapa peranan sahaja sebagai diri sendiri, teman dan anak dari orangtuanya, tetapi setelah menikah ia berperan sebagai suami, bapak, tetangga, tuan rumah, anak, saudara, anggota masyarakat dan peranan ibadah lain yang dipikulkan di pundaknya dan semuanya secara serempak harus ditunaikan dan tidak boleh diabaikan, Allah akan mempertanyakan semua peran itu dan akan diminta pertanggung jawabannya di akherat kelak.
Adapun wanita, jika setelah menikah justru Islam telah meringankan beban agamanya, memberikan batasan prioritas sebagai jalan singkat menuju surganya serta memaafkan peranan lain dan mencukupkan beberapa peranan sahaja, seolah agama memaafkan kekurangan pada peranan lain jika wanita telah menunaikan peranan utamanya bahkan kebaikan peranan lain bergantung kepada peranan utama ini.
Pesan agung Hadis di atas, Rasulullah telah membatasi peranan, beban agama dan factor-factor yang membawanya kepada ridha Allah  yang disimbolkan dalam bentuk surga-NYA. Beban dan factor itu ada empat, sebagai berikut:
  1. Solat lima waktu
  2. Puasa bulan Ramadlan
  3. Menjaga kesucian diri (Iffah) dan kehormatannya
  4. Mentaati suaminya selama bukan dalam maksiat kpd Allah.
1. Solat Lima WAktu
Ketahuilah bahwa solat adalah hubungan ibadah vertical yang paling utama, kewajiban yang harus dibangun sebagai pilar agama, maka orang yang meninggalkan dan melalaikannya berarti ia telah merosak hubungannya kepada Allah dan sekaligus telah menghancurkan pilar bangunan agamanya sendiri.


Allah telah memperingatkan orang yang menyia-nyiakan solat. Allah berfirman:
“Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (QS. Maryam (19):59)
Telah diriwayatkan Ibnu Abbas r.a bahwa ia berkata, Makna menyia-nyiakan di atas tidak berarti bahwa mereka meninggalkannya secara total, tetapi mereka menunda-nunda dan mengakhirkan penunaniannya, maka jika peringatan ini untuk orang yeng mengakhirkan solat dari waktunya, dapatkah kita bayangkan bagi orang yang tidak melaksanakan solat, barangkali hingga berumur tua ia tetap sahaja tidak ruku satu rakaatpun kepada Allah, bagaimana Allah menerimanya dan bagaimana ia selamat dari hukumanNYA yang sangat pedih.
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. dan adalah kami mendustakan hari pembalasan. hingga datang kepada kami kematian. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat”. (SQ. Al-Mudatsir ():42-48).
Atas dasar ini maka wanita muslimah harus menunaikan solat, jika meninggalkannya akan membawa murka Allah Yang Maha Pengasih, dan jika ditunaikannya akan membawa cintaNYA. Akan tetapi harus diketahui bahwa solat mempunyai syarat-syarat yang harus dilaksanakan agar solatnya menjadi sahih.
Syarat-syaratnya antara lain: Menutup aurat, Ketika hendak melaksanakan solat hendaklah aurat telah tertutup; tidak boleh rambut, dada, dua siku dan dua kakinya terbuka; Menghadap qiblat. Jika tidak tahu arahnya, hendaklah bertanya, karena inipun menjadi syarat sahnya solat; dan Suci tubuhnya dari segala hadas kecil dan besar, suci pakaian dan tempat solatnya.
Selanjutnya harus diketahui juga bahwa solat mempunyai rukun-rukun wajib agar solatnya menjadi sah, dimana jika ditinggalkan maka batallah solatnya. Sebagaimana juga mempunyai sunnah muakadah yang jika ditinggalkan maka ia harus menambalnya dengan sujud sahwi.
Rukun solat sebagai berikut: Niat di dalam hati untuk melaksanakan solat; Takbiratul Ihram. Yaitu ucapan: Allahu Akbar dalam posisi berdiri tegak; Membaca Fatihah; Ruku’; Itidal; Sujud; Duduk antara dua sujud; dan Salam.
Adapun sunnah muakkadah sebagai berikut: Membaca surah atau ayat al-Qur’an setelah fatihah; Tasmi’ dan tahmid; Membaca tasbih dalam ruku’; Tahiyyat; dan membaca solawat kepada Nabi.
Setelah solat dilaksanakan dengan betul (sahih) mengikut syari’ah, masih ada yang harus ditunaikan agar solat itu diterima (maqbul) di sisi Allah, yaitu harus dilaksanakan dengan khusyuk, kerana khusyu adalah ruh solat dan asalnya yang agung. Oleh karena itu Allah memberikan sifat orang beriman dengan khusyu dalam sholat.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya. (QS. Al Mukminun: 1-2)
Khusyu adalah hati yang lembut, sensitive dan tunduk kepada Allah  , kata khusyu identik dengan kensenyapan dan ketenangan, maka jika hati itu khsuyu kepada Allah maka seluruh anggota tubuh akan terbawa, maka pendengaran, pandangan, akal dan seluruh anggota tubuh itu akan ikut khusyu seperti kekhusyuan hati itu.
Untuk mendapatkan rasa khusyu ketika menunaikan solat, maka hati harus hadir menghadap Allah, memahami seluruh bacaan solat, menghadirkan keagungan Allah dalam hati, merasakan takut tidak sempurna solatnya, dan menimbulkan rasa harap agar solatnya diterima. Jika seorang wanita telah menunaikan kewajiban solat lima waktu sesuai dengan semua penjelasan di atas, alhamdulillah dengan izin Allah berarti ianya telah melakukan sebab pertama untuk mencapai surga Allah .
2. Puasa Bulan Ramadlan
Ketahuilah wahai wanita muslimah!!.. Sesungguhnya Allah  telah mewajibkan kepadamu untuk berpuasa sebulan penuh dalam satu tahun, yaitu bulan ramadlan, yang di dalamnya diturunkan AlQur’an.
Puasa adalah salah satu benteng dan rukun Islam yang lima, Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Albaqarah (2):183).
“Bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alqur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan batil). Karena itu barangsiapa yang ada di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain, Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kami mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-NYA yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Albaqarah (2):185).
Harus diingat bahwa puasa juga mempunyai rukun wajib yang harus dilakukan, yaitu: Niat sebelum fajar; menahan makan, minum, dan jima’ dan waktunya di siang hari dari fajar hingga terbenam matahari.
Adapun yang membatalkan puasa ialah: Makan, minum dengan sengaja; melakukan jima’; dan muntah sengaja. Dimaafkan beberapa hal seperti menelan liur meskipun banyak dan tertelan lalat dan lainnya sebagaimana yang sering terjadi. Dimakruhkan berlebihan dalam berkumur dan memasukan air ke hidung ketika berwudu. Dan Dibolehkan mendinginkan air karena cuaca sangat panas, berobat dengan apa saja yang tidak sampai ke mulut, memakai minyak wangi dan bersiwak.
Di samping semua itu? ada 4 hal yang sangat penting, bahkan ia sebagai pilar utama bagi ruh puasa, disebut juga sebagai adab puasa, seolah target puasa untuk membentuk insan bertaqwa itu dikarenakan terdapat 4 nilai utama ini.
  1. Mengurangi makan dan minum. Dalam bulan ini kegiatan makan minum dalam 12 jam harus berhenti, dan 12 jam berikutnya hendaklah tidak menjadi pelampiasan untuk memuaskan makan, justru hikmah puasa terdapat dalam rahasia sedikit makan dan minum tersebut bahkan menjadi kunci kesehatan bagi jasmani dan rohani.
  2. Mengurangi waktu tidur. Dalam bulan ramadlan otomatis kegiatan tidur menjadi berkurang secara kuwantitas, meskipun kwalitas tidur harus tetap terpelihara, tidur malam yang biasanya cukup, terpaksa harus dikurangi, disebabkan ada kegiatan tarawih, pengajian, tadarrus, qiyamullail, dzikir dan lainnya, untuk menggantinya maka ia dapat melakukan qaelullah (tidur sedikit) sebelum dzohor atau sesudahnya selama 1 atau 2 jam. Hal ini dilakukan demi menjaga efesien waktu ibadah malam yang diharapkan lebih extra dari bulan biasanya, juga kesehatan fizik dan kegairahan spiritual.
  3. Mengurangi bicara yang tidak berfaedah. Bahaya lisan sungguh sangat besar, kunci keselamatannya hanya dengan mengurangi bicara atau diam. Itu sebabnya Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka berakata baiklah atau diam”. (HR. Bukhari).
Uqbah bin Amir bertanya: Ya Rasulullah apakah jalan selamat itu?, Beliau menjawab: “Jaga lisanmu, leluaskan rumah dan tangisilah kesalahanmu”. (HR. Attirmidzi). Bahkan dalam Hadis lain Rasulullah menjelaskan bahwa banyaknya orang di siksa di neraka itu dampak dari lisannya. Dan secara khusus Beliau bersabda: “Ada lima hal yang dapat membatalkan puasa: dusta, ghibah, namimah, hasud dan sumpah palsu”. Semuanya terpulang kepada lisan atau bicara, maka kurangilah berbicara yang tidak berfaedah, agar terbiasa dan terdidik untuk selalu mengatakan yang baik.
  1. Mengurangi pergaulan. Hidup bersendiri dalam kehidupan muslim merupakan cabang kehidupan. Asal kehidupan adalah pergaulan yang soleh, bersosial dengan baik dan berkasih sayang demi kebaikan. Rasulullah bersabda:
“Mukmin yang bergaul kepada orang serta menyabari gangguan mereka itu lebih baik daripada orang yang tidak bergaul serta tidak sabar gangguannya”. (HR. Ahmad).
Yang dimaksud tidak bergaul di sini bukan kepada orang-orang saleh, akan tetapi tidak bergaul kepada mereka yang melakukan keysirikan, kemunafikan dan kefasikan, atau juga maksud mengurangi pergaulan agar orang-orang juga selamat dari keburukannya selama ia belum berakhlak mulia dan berjiwa bersih.
Untuk kepentingan inilah para sahabat Rasulullah dahulu menunggu-nunggu kedatangan serta menyiapkan jiwa, raga dan harta untuk memasuki bulan suci ini, mereka meninggalkan kesibukan dan pergaulan lain, kecuali hanya pergaulan soleh dan ibadah selama sebulan penuh, bahkan di sepuluh akhir bulan itu Rasulullah mengajak memperkuat ikat pinggang untuk melakukan I’tikaf.




3. Menjaga Kehormatan dan Kesucian
Salah satu sebab masuknya seorang isteri ke dalam surga adalah menjaga kehormatan dan keiffahannya (kesucian diri) dengan senantiasa berperilaku santun serta adab islam yang luhur dalam berinteraksi kepada sesama, khusunya kepada lawan jenis; dan berlaku sopan dalam berpakaian, bertingka laku dan berkata-kata.
4. Taat kepada Suami
Dari Alhushain bin Muhshin bahwa tantenya datang kepada Rasulullah  untuk satu keperluan, selepas selesai dari keperluannya, maka Nabi  bertanya:” Apakah engkau mempunyai suami”, ia menjawab: Ya, Nabi bertanya: “Bagaimana engkau di sisinya?”. Ia menjawab: “Tidaklah aku menyia-nyiakannya melainkan apa-apa aku tidak mampu”, Nabi bersabda: Lihatlah di mana kedudukanmu di sisinya, hanya dialah surga dan nerakamu!!( HR. Ahmad).
Wahai wanita muslimah, ketahuilah perkawinan pada hakikatnya adalah sebuah kerja sama antara lelaki dan wanita demi membina generasi soleh yang menyembah Allah , serta membangun dan memakmurkan kehidupan, maka dasar perkawinan dalam Islam adalah mawaddah (cinta), ulfah (kasih sayang) dan itsar (mengutamakan orang lain). Allah berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir “. (QS. Arrum (30):21).
Demi langgengnya pergaulan suami isteri, Allah menjadikan setiap lelaki dan wanita memiliki hak-hak satu sama lain. Allah berfirman:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “. (QS. Albaqarah (2):228)
Imam Ali ra berkata: Merupakan hak isteri atas suaminya yaitu menjaga, memberi perlindungan, mencemburui, menggauli dengan baik dan membuatnya rasa dicintai, tidak dikhianti dan tidak dicari-cari kesalahannya.
Wahai wanita beriman!! Demikian hak isteri atas suaminya, kemudian lihatlah bagaimana Rasulullah menceritakan hak suami atas isterinya hanya dalam satu ungkapan:” Lihatlah posisimu di sisinya, hanyalah dia surga dan nerakamu”, dia adalah sebab yang membawamu masuk ke surga, demikian jika engkau mendirikan dan menunaikan hak-haknya atasmu (kewajibanmu), namun jika engkau mengabaikan dan tidak memperdulikan haknya maka dia adalah nerakamu.
Salah satu kewajibanmu adalah berupaya membuat suamimu tentram dan ridha di sisimu, menggembirakan hatinya, berkata-kata baik, berpenampilan harum sehingga antara kalian berdua dalam kesetiaan dan keharmonisan.
Hak suami atas dirimu itu menjadi standart kesuksesanmu dalam kehidupan rumah tanggamu, sebesar kadar suami merasakan bahwa engkau telah menunaikan hak-haknya, sebesar itu pula tingginya nilaimu dan cintamu di sisinya. Salah satu hak-hak suami atasmu antara lain:
  1. Hendaklah tidak keluar rumah tanpa izin suami
  2. Tidak menginzinkan kepada siapapun masuk rumah tanpa izinnya
  3. Menjaga hartanya
  4. Memperlakukan suami sekehendakmu
  5. Mengatur rumah tangga dengan baik
  6. Berbuat baik kepada keluarga dan saudara mara suami
  7. dan lain-lain.
HADISNYA
Rasulullah  bersabda: “Tidak dibolehkan kepada isteri berpuasa sedang suaminya ada tanpa izinnya, tidak diizinkan seorangpun masuk ke rumah kecuali atas izinnya, dan tidaklah membelanjakan hartanya tanpa perintahnya”. HR. Bukhari & Muslim.
Mengakhiri pesan-pesan Nubuwah di atas mari kita menyimak beberapa nasihat seorang ibu kepada anak gadisnya di hari pengantin.
Diriwayatkan bahwa Asmaa binti Kharijah AlFazary berkata kepada anak gadisnya ketika berkahwin: Sesungguhnya engkau telah keluar dari sangkar tempat engkau dibesarkan, kini engkau berada di tempat baru, dengan teman yang masih asing, maka jadilah engkau umpama bumi baginya maka dia akan menjadi langit bagimu, jadilah engkau umpama hamparan baginya dia akan menjadi tiang bagimu, jadilah engkau sahayanya maka ia akan menjadi hambamu pula, janganlah engkau merengek-rengek dalam menuntutnya sehingga membuat ia tidak menyukaimu, jangan berjauhan dengannya sehingga ia melupakanmu, jika ia mendekatimu maka engkau lebih dekat lagi, jika dia ingin sendiri maka jagalah kesendiriannya, peliharalah hidung, pendengaran dan matanya dari hal-hal yang tak sedap, dan berkatalah hanya baik-baik dan berpenampilan selalu indah di hadapannya.
Alangkah indahnya perkataan Abu Darda r.a kepada isterinya Ummu Darda: Jika engkau melihatku marah maka carilah keridhaanku, dan jika aku melihatmu marah aku akan mencari keridhaanmu, jika tidak maka sebaiknya kita jangan mendekati.
Salah satu wasiat terindah yang dicatat sejarah adalah wasiat Ummu Iyas yang dikatakan di hari pengantin gadisnya:
Wahai putriku, sesungguhnya wasiat itu jika berikan hanya untuk penghias etika atau meninggikan nama baik, maka akan kuhidarkan dan jauhkan darimu, akan tetapi wasiat adalah sebagi peringatan bagi orang yang lalai dan penolong bagi orang berakal.
Wahai putriku!! Jika seorang gadis tidak memerlukan suami dikeranakan kedua orangtuanya kaya raya dan mereka memerlukanmy, maka engkau adalah orang yang paling tidak memerlukannya, akan tetapi wanita itu diciptakan untuk lelaki dan lelaki diciptakan untuk wanita.

Peliharalah sepuluh sifat (etika) ini, maka ia akan menjadi kekayaanmu:
1. Bertemanlah dengan sifat qanaah
2. Pergauli dengan sebaik-baik ketaatan, kerana qana'ah itu sebuah ketentraman, kerehatan hati dan keridhaan Allah terdapat pada pergaulan baik.
3. Memelihara penampilan dan kebersihan tubuhmu, janganlah sampai ia melihatmu buruk rupa (kotor) dan mencium kurang sedap.
4. Mengetahui waktu makan dan tidurnya, kerana kelaparan akan membuat panas dan kurang tidur akan membuat kemarahan.
5. Menjaga harta dan nama baik diri serta anak-anaknya, kerana ratu rumah tangga berada dalam penghormatan dan pentadbiran yang baik.
6. Janganlah engkau menyebarkan rahasianya
7. Janganlah durhaka terhadap perintahnya, kerana jika engkau menyebarkan rahasinya engkau tidak aman dari pengkhianatannya dan jika engkau mendurhakai perintahnya maka akan menimbulkan gejolak marah di dadanya.
8. Janganlah engkau menampakan kegembiraan di saat ia dalam keadaan muram, kerana itu tidak baik,
9.  Jangan pula menampakkan kemuraman di saat ia gembira, keran itu mengeruhkan suasana.
10. Ketahuilah wahai putriku !!! sesungguhnya engkau tidka mampu melakukan semua itu melainkan jika engkau mengutamakan keridhaannya atas keridhaanmu dan mendahulukan keinginannya atas keinginanmu dalam kedaan engkau suka dan tidak. Semoga Allah meletakan kebaikan untukmu dan aku menitipmu kepada Allah.
Demikian, ketika engkau berpegang teguh kepada semua sebab-sebab di atas, maka engkau akan mencapai keRidhaan Allah -dengan izinNYA-, ketika Allah ridha kepadamu, maka Allah mencintaimu, dan jika Allah mencintaimu maka Allah akan memasukannmu ke dalam surga dan selamat dari nerakaNYA.
Ketahuilah!! Sesungguhnya sebaik-baik isteri adalah seorang yang telah taat kepada suami dan menunaikan hak-haknya, sebaliknya seburuk-buruk isteri adalah seorang yang sombongkan diri dan congkak terhadap suaminya.
Ambilah nasehat ini!! Dengan begitu engkau akan hidup bahagia di dunia dan di akherat, kerana nasehat Rasulullah di atas merupakan jalan pintas seorang wanita menuju surga. Semoga dengan penghargaan dan pemuliaan islam terhadap wanita melalui penyederhanaan taklif atau beban agama dan penyingkatan jalan dapat menjadi rahmat, berkah serta kebahagiaan di dunia dan akherat bagi wanita muslimah.
Oleh : Abu Hayyan Ahmad, 
Maroji’: AL – Kabair, Imam Adzahabi,   
                Muslimah Ideal, Dr. M Ali Al – Hasyimi.


Kamis, 29 September 2011

Seputar Alam Jin Dan Syetan

Seputar Alam Jin Dan Syetan

Jin adalah suatu kehidupan yang berbeda dengan kehidupan manusia maupun
malaikat. Ada titik persamaan antara manusia dengan jin, yaitu sama-sama
berakal, dan sama-sama memiliki kemampuan memahami serta kemampuan memilih
jalan yang baik dan buruk. Akan tetapi, jin berbeda dengan manusia dalam
sejumlah hal, dan yang terpenting adalah dalam hal asal penciptaan.

Mereka disebut jin karena mereka tidak terlihat oleh mata,  "Sesungguhnya ia
dan pengikut-pengikutnya dapat melihat kalian padahal kalian tidak dapat
melihat mereka" [Al-A'raf : 27]

ASAL JIN

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan bahwa jin diciptakan dari api.
Dalam firman-Nya disebutkan. "Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari
api yang sangat panas" [Al-Hijr : 27] dan "Dia menciptakan jin dari nyala
api" [Al-Rahman : 15]

Ibn 'Abbas, Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan penafsir lain menafsirkan "nyala
api" ( marij min nar) sebagai nyala yang terpanas. Dalam sebuah riwayat
dikatakan bahwa maksudnya adalah api yang murni dan terbaik [Al-Bidayah wa
Al-Nihayah, 1/59]. Imam Al-Nawawi, dalam kitab Syarh Muslim, mengatakan,
"Al-Marij adalah nyala api yang bercampur dengan api yang hitam".

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Aisyah,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Malaikat diciptakan dari
cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam Alahis Salam diciptakan dari
tanah, sebagaimana telah dijelaskan kepada kalian".

WAKTU PENCIPTAAN

Kita tidak dapat meragukan lagi bahwa jin diciptakan lebih dahulu dibanding
manusia, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kami telah menciptakan
manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk, dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang
sangat panas" [Al-Hijr : 26-27]

Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan secara
eksplisit bahwa jin diciptakan sebelum manusia.

KEMATIAN SETAN

Tidak perlu diragukan lagi bahwa golongan jin, termasuk di dalamnya setan,
akan mati. Sebab, mereka semua termasuk ke dalam firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala, "Semua yang ada di bumi akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan" [Al-Rahman : 26-28]

Dalam shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Ibn Abbas bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah berkata, "Aku berlindung kepada
keagungan-Mu, tidak ada tuhan melainkan Engkau yang tidak akan pernah mati,
sedangkan jin dan manusia akan mati".

Sedangkan tentang umur mereka, yang dapat kita ketahui hanyalah yang
diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, tentang iblis, bahwa dia akan
tetap hidup sampai datangnya hari kiamat, "Iblis menjawab, 'Beri tangguhlah
saya sampai waktu mereka dibangkitkan' Allah berfirman : 'Sesungguhnya kamu
termasuk mereka yang diberi tangguh" [Al-A'raf : 14-15].

Adapun selain iblis, yang kita ketahui hanyalah mereka berumur lebih panjang
dibandingkan manusia. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa mereka
akan mati adalah bahwa Khalid bin Walid pernah membunuh setan yang ada di
Al-'Uza (sebuah pohon yang disembah oleh bangsa Arab), dan bahwa salah
seorang sahabat pernah membunuh jin yang berbentuk ular, sebagaimana akan
dijelaskan nanti.
Oleh    :Abu Hayyan Ahmad
Maroji : kitabnya 'Alam Al-Jinn wa Al-Syayathin, Dr.'Umar Sulaiman Al-Asyqar




Membentengi Rumah dari Syaitan

Membentengi Rumah dari Syaitan



Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, memohon petunjuk-Nya, memohon ampunan-Nya dan kita berlindung kepada Allah Taala dari kejelekan diri kita dan keburukan amal-amal kita.

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang dapat memberi petunjuk padanya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Taala telah menyatakan dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya syaithan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh." (Al-Fathir: 6)

Akan tetapi sangat disayangkan, sebagian besar manusia telah mengambil/menjadikan syaithan sebagai teman, sebagai kekasih. Mereka buka pintu-pintu rumah bahkan pintu-pintu kamar mereka untuknya, dan akhirnya mereka binasa karenanya. Bahkan di antara manusia ada yang membuka hatinya untuk menerima perintah syaithan dan menuruti ajakannya hingga jadilah syaithan sebagai sesembahannya selain Allah Subhanahu wa Taala, padahal Dia Yang Maha Kuasa telah berfirman:"Bukankah Aku telah mengambil perjanjian dari kalian wahai anak Adam agar kalian tidak menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

Dengan sebab di ataslah kami tulis risalah ini, yakni agar seorang muslim mengetahui bagaimana cara membentengi rumahnya dari musuh yang sangat jahat dan terkutuk ini. Karena apabila syaithan dapat masuk ke dalam rumah seorang muslim, ia akan menyebarkan kerusakan, membuat pertikaian dan perkelahian di antara anak-anak, menceraikan antara suami-istri, membalikkan rasa cinta menjadi benci, kasih sayang menjadi permusuhan. Maka hanya kepada Allah Subhanahu wa Taala kita berdoa: Ya Allah ... Lindungilah kami dan semua kaum muslimin dari makar syaithan, sesungguhnya Engkau adalah Pelindung kami dan Penolong kami, dan Engkau adalah sebaik-baik Pelindung dan Penolong.

Ada beberapa benteng yang dapat kita tegakkan dalam melindungi rumah kita dari syaithan, di antaranya berikut ini:


I. Memberi Salam Kepada Penghuni Rumah

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitabnya Al-Adzkar hal. 19:
"Disunnahkan untuk mengucapkan basmalah (tatkala masuk ke dalam rumah) dan memperbanyak dzikrullah serta mengucapkan salam kepada penghuninya, sama saja apakah itu rumah yang dihuni oleh manusia ataupun tidak, karena Allah Subhanahu wa Taala berfirman: "Maka apabila kalian memasuki (sebuah rumah) dari rumah-rumah, hendaklah kalian mengucapkan salam (kepada penghuninya yang berarti memberi salam) kepada diri kalian sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik."(An-Nuur: 61)


Dari Jabir bin Abdillah radliallahu `anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: "(Mengucapkan) salam itu sebelum berbicara (yang lain)."(HR. Tirmidzi dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi juz 2 hal. 346). Allah Subhanahu wa Taala memberikan jaminan berupa penjagaan bagi tiga golongan manusia termasuk di antaranya seorang yang masuk ke rumah dengan mengucapkan salam, sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari Abi Umamah Al-Bahali radhiallahu `anhu. (lihat Shahih Sunan Abi Daud oleh Asy-Syaikh Al-Albani juz 2 hal. 473)


II. Berdzikir Kepada Allah Ketika Makan dan Minum

Dari Jabir radhiallahu `anhu ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia berdzikir kepada Allah ketika masuk dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada kawan-kawannya): "Tidak ada tempat bermalam bagimu dan tidak ada makan malam." Tetapi apabila ia masuk ke rumah tanpa berdzikir kepada Allah, maka syaithan akan berkata (kepada kawan-kawannya): "Kalian mendapatkan tempat bermalam".

Dan apabila ketika makan ia tidak berdzikir kepada Allah (membaca Bismillah), maka syaithan akan berkata (kepada kawan-kawannya): "Kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam." (HR. Muslim dalam shahihnya /2018)

Tahukah engkau wahai saudaraku muslim, bagaimana dzikrullah dapat mengusir syaithan dari rumah, maka ia tidak akan menyertaimu tatkala engkau makan, minum dan tidur. Dan bagaimana halnya bila engkau lalai dari dzikrullah, yang berarti engkau telah memberikan untuk syaithan tempat tidur yang empuk tatkala ia menemukan tempatnya di sisimu, bahkan ia ikut bersamamu tatkala makan dan minum. Tidaklah syaithan itu sendiri yang menyertaimu, tapi ia diikuti oleh sejumlah kawan-kawannya maka mereka semuanya bersenang-senang di rumahmu. Naudzubillah min dzalik! Hati-hatilah wahai saudaraku agar engkau tidak lalai dari dzikrullah, karena dzikrullah itu adalah tali yang kokoh dan petunjuk yang lurus.


III. Memperbanyak Tilawah Al-Quran dalam Rumah

Bacaan Al-Quran merupakan pengharum bagi rumah dan dapat mengusir syaithan daripadanya. Apabila engkau wahai saudaraku muslim merasakan bahwa di rumahmu begitu banyak masalah, keruwetan dan tampak pada anggota keluarga adanya penyimpangan maka ketahuilah bahwa syaithan ikut berperan di dalamnya, karena itu bersungguh-sungguhlah untuk mengusir syaithan itu dari rumahmu dan menjauhkannya sejauh-jauhnya. Caranya bagaimana? Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memberikan jawabannya, beliau bersabda:"Sesungguhnya segala sesuatu memiliki puncak dan puncak dari Al-Quran adalah surat Al-Baqarah dan sesungguhnya syaithan bila mendengar surat Al-Baqarah dibacakan maka ia akan keluar dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah." (HR. Al-Hakim dan dishahihkannya, disepakati oleh Adz-Dzahabi dan dihasankan Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 558)

Dari Abi Hurairah radliallahu `anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya syaithan tidak akan masuk ke dalam rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah."


IV. Menjauhkan Rumah dari Suara Iblis

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:"Dan hasunglah siapa yang kamu (iblis) sanggupi di antara mereka dengan suaramu." (Al-Isra: 64)

Mujahid berkata: "Suara syaithan adalah nyanyian/lagu."

Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:"Benar-benar akan ada dari umatku  aum-kaum yang mereka itu menghalalkan zina, sutera (bagi laki-laki- red), khamar dan alat-alat musik." (HR. Bukhari, lihat Fathul Bari 10/51, diriwayatkan pula oleh Abu Daud, Tirmidzi dan Ad-Darimi)

Ibnu Masud radliallahu `anhu berkata: "Nyanyian itu akan menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air menumbuhan sayuran."

Imam Abu Hanifah berkata: "Mendengarkan lagu-lagu itu adalah kefasikan."

Imam Malik berkata ketika ditanyakan tentang nyanyian: "Hanyalah orang-orang fasiq yang melakukannya."

Telah jelas bagimu wahai saudaraku muslim tentang keharaman nyanyian/lagu, dan bahwasanya nyanyian itu merupakan suara syaithan. Apabila diperdengarkan nyanyian/lagu-lagu di rumah maka para syaithan akan menyebar dan menduduki tempat-tempat dalam rumah tersebut. Maka wajib atasmu wahai saudaraku muslim untuk membersihkan rumahmu dari suara-suara syaithan ini, sama saja apakah suara itu bersumber dari alat-alat musik atau dari media visual ataupun yang selain itu.


V. Menjauhkan Rumah dari (Suara) Lonceng

Abi Hurairah radhiallahu anhu berkata bahwasanya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:"Lonceng itu merupakan seruling syaithan." (HR. Muslim 14/94 Syarah Imam Nawawi, Abu Dawud 3/25) Lonceng yang dimaksud di sini adalah yang menyerupai lonceng di gereja-gereja baik dalam hal suara maupun bentuknya. Termasuk di sini jam dinding yang dinamakan bandul karena menyerupai suara lonceng gereja.


VI. Membersihkan Rumah dari Salib-Salib

Salib merupakan syiarnya orang Nasrani sedangkan kita kaum muslimin telah dilarang untuk meniru (bertasyabbuh) dengan Nasrani dan Yahudi. Akan tetapi sangat disayangkan, hampir-hampir tidak terlewatkan satupun dari rumah kaum muslimin melainkan di dalamnya ada tanda salib, apakah itu di sajadah, di tirai-tirai, di sulaman benang bahkan tanda salib ini telah dibawa masuk ke rumah-rumah Allah Subhanahu wa Taala (masjid-masjid). Alangkah banyaknya dari masjid-masjid apabila kita benar-benar teliti memperhatikannya, kita dapati pada hiasan-hiasan sajadahnya tanda-tanda salib yang tampak secara dhahir dan jelas. Karena itu berhati-hatilah engkau wahai saudaraku muslim, perhatikan dengan seksama setiap benda yang engkau beli, apakah itu pakaian, permadani, sajadah atau yang selain itu.

Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tidak membiarkan di rumahnya ada salib, sebagaimana dikhabarkan oleh Aisyah radliallahu `anha:"Nabi shallallahu `alaihi wa sallam tidak meninggalkan dalam rumahnya sedikitpun dari salib-salib melainkan beliau hilangkan." (HR. Bukhari lihat Fathul Bari 10/385, Abu Dawud 4/72)


VII. Membersihkan Rumah dari Gambar-Gambar dan Patung-Patung

Wajib bagi setiap muslim untuk membersihkan rumahnya dari patung-patung kecuali apa yang dibolehkan daripadanya berupa mainan/boneka (yang dimainkan) anak-anak perempuan. Demikian pula wajib bagi setiap muslim untuk menjauhkan rumahnya dari gambar-gambar makhluk bernyawa (manusia dan hewan), termasuk foto-foto kecuali untuk kepentingan darurat seperti foto di KTP, paspor dan semisalnya.

Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: "Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada patung-patung atau gambar-gambar." (HR. Muslim 14/94 Syarah Imam Nawawi dari Abi Hurairah radliallahu `anhu)
Bila sebuah rumah tidak dimasuki oleh malaikat berarti jelas rumah itu disenangi oleh syaithan.


VIII. Mengeluarkan Anjing dari Rumah

Dari Abi Thalhah radliallahu `anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:"Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar." (HR. Bukhari lihat Fathul Bari 6/312 dan Muslim 14/84 Syarah Imam Nawawi)

Aisyah radliallahu `anha meriwayatkan bahwasanya Jibril `alaihis salam pernah berjanji untuk menemui Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, namun sampai saat yang telah disepakati Jibril `alaihis salam tidak juga datang. Ternyata Nabi shallallahu `alaihi wa sallam menemukan adanya seekor anjing kecil di bawah tempat tidurnya dan inilah yang menahan Jibril `alaihis salam untuk masuk menemui Nabi.

Dikecualikan dari anjing ini adalah anjing untuk berburu dan anjing penjaga rumah dengan syarat anjing tersebut tidak berwarna hitam karena Nabi shallallahu `alaihi wa sallam telah bersabda:"Anjing hitam itu adalah syaithan." (HR. Muslim 4/227 Syarah Imam Nawawi). Dan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuhnya.


IX. Memperbanyak Shalat Sunnah di Rumah

Dari Ibnu Umar radliallahu `anhu bahwasanya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:"Jadikanlah shalat-shalat (sunnah) di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian menjadikannya sebagai kuburan." (HR. Bukhari 1/528 Fathul Bari dan Muslim 6/68 Syarah Imam Nawawi)

Telah kita ketahui bahwasanya kuburan, tempat pembuangan sampah dan tempat-tempat yang kotor lainnya merupakan tempat tinggal para syaithan. Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menghendaki agar rumah-rumah kita mendapat bagian dari shalat sunnah guna mengusir para syaithan daripadanya. Bukankah pada tempat-tempat hunian syaithan sebagaimana yang disebutkan di atas (kuburan, tempat pembuangan sampah) dilarang untuk ditegakkan shalat padanya?

Imam Nawawi berkata: "Dianjurkan untuk mengerjakan shalat sunnah di rumah karena yang demikian itu lebih ringan dan lebih jauh dari riya, lebih terjaga dari terhapusnya pahala. (Mengerjakan shalat sunnah di rumah) menjadikan rumah diberkahi, turun padanya rahmah dan para malaikat sedangkan syaithan akan lari dari rumah itu." (Syarah Nawawi atas Shahih Muslim 6/68)

Adapun selain shalat sunnah (yakni untuk shalat fardhu), maka bagi laki-laki diwajibkan untuk mengerjakan secara berjamaah di masjid.


X.Mengucapkan Kalimat yang Baik Kepada Anggota Keluarga

Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya syaithan selalu menginginkan untuk menghancurkan masyarakat muslimin, maka ia membuat tipu daya, mengatur rencana dan menyusun program. Di antara program syaithan adalah menghancurkan keharmonisan keluarga muslim karena keluarga merupakan batu bata awal dari bangunan masyarakat.

Jabir radliallahu `anhu berkata bahwasanya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian ia mengutus sepasukan tentaranya. Maka yang paling dekat kedudukannya dengan iblis adalah yang paling besar fitnahnya, datang salah seorang di antara mereka dan berkata: "Tidaklah aku tinggalkan dia (manusia yang digoda- red) sampai aku memisahkan antara dia dan istrinya...." (HR. Muslim 17/157 Syarah Imam Nawawi)

Syaithan yang terkutuk memang menginginkan terjadinya perceraian antara suami istri guna menghancurkan masyarakat dari dasarnya. Karena itulah maka wajib bagi setiap suami untuk bergaul dengan keluarganya (istrinya) dengan cara yang baik, mengucapkan kata-kata yang baik agar tidak ada peluang bagi syaithan untuk membuat perselisihan di antara keduanya.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman: "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka." (Al-Isra: 53)

Kata-kata yang baik itu melapangkan hati, menyebarkan kebahagiaan bagi pasangan suami istri, mewujudkan ketentraman dan menguatkan kasih sayang antara keduanya.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar-Ruum: 20)




XI. Membentengi Istri

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radliallahu `anhuma berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian menikahi wanita atau membeli seorang budak maka hendaklah ia membaca: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan apa yang telah Engkau ciptakan dia dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan apa yang telah Engkau ciptakan dia." (dalam riwayat lain) Kemudian hendaklah ia meletakkan tangannya di ubun-ubunnya dan mendoakan barokah bagi istrinya dan pelayan tersebut." (HR. Abu Dawud 2/249 dan berkata Al-Albani dalam Takhrij Al-Kalimuth Thayyib 151: isnadnya hasan)

Diriwayatkan oleh Syaqiq, ia berkata: "Telah datang seorang laki-laki bernama Abu Jarir kepada Ibnu Masud radliallahu `anhu, lalu berkata: Saya telah menikahi seorang wanita muda (dara) dan saya khawatir ia akan membangkitkan amarah saya. Maka Ibnu Masud radliallahu `anhu menjawab: Kerukunan itu datangnya dari Allah dan kemarahan itu datang dari syaithan. Ia ingin engkau membenci apa yang dihalalkan Allah kepadamu. Kalau istrimu masuk menemuimu, suruhlah ia shalat dua rakaat di belakangmu."

Dalam riwayat lain dari Ibnu Masud radliallahu `anhu ditambahkan, katakanlah:
"Ya Allah, berilah keberkahan kepadaku dengan istriku dan berilah keberkahan kepada mereka (keluarga istri) denganku. Ya Allah, persatukanlah kami berdua selama persatuan itu mengandung kebajikan-Mu, dan pisahkanlah kami berdua, jika perpisahan itu menuju kebaikan-Mu." (Dikeluarkan Abu Bakar ibnu Abi Syaibah dan sanadnya shahih. Lihat Adaabuz Zifaaf fis Sunnah Al-Muthahharah talif Al-Albani hal.23)


XII. Membentengi Anak dari Syaithan

Wajib atas setiap muslim untuk menjaga lafadz-lafadz doa sebelum ber"kumpul" dengan istrinya karena yang demikian ini akan menjaga anak (yang Insya Allah bakal diperoleh dari hubungan tersebut) dari gangguan syaithan. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita doa tersebut: "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkan syaithan itu dari anugerah yang akan Engkau berikan kepada kami." (HR. Bukhari 1/242 Fathul Bari dan Muslim 10/5 Syarah Imam Nawawi, dari Ibnu Abbas radliallahu anhuma)
Sebagaimana mana kita ketahui bahwasanya adzan akan mengusir syaithan, karena itulah disunnahkan bagi setiap muslim untuk menyuarakan adzan di telinga anak yang baru lahir.


XIII. Mendoakan Anak

Wahai saudaraku muslim, kumpulkan anak-anakmu pada waktu pagi dan petang, usaplah kepala mereka sambil berdoa: "Aku melindungkan kalian dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala syaithan, hewan yang berbisa dan pandangan mata yang menimpa (yang akhirnya mengakibatkan sakit-red)." (HR. Bukhari 4/119 dari hadits Ibnu Abbas radliallahu `anhuma)

Doa ini pula yang dibacakan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam kepada cucunya Hasan dan Husein radliallahu `anhuma.

Demikianlah beberapa benteng yang harus dibangun untuk mengusir syaithan dari rumah. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan tulisan ini ikhlas karena mengharap wajah-Nya Subhanahu wa Taala, dan agar menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi diriku dan bagi saudara-saudaraku kaum muminin. Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji hanya untuk-Mu, aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Engkau, aku meminta ampunanmu dan aku bertaubat kepada-Mu.
Wallahu alam bishawwab
Oleh : Abu Hayyan Ahmad

Maroji’ : kitab Tahshinul Bait minasy Syaithan , Syaikh Wahid Abdus Salam Bali