Wahai ibu …. Kenapa engkau bilang aku ini anak bodoh
“ Wahai orang – orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok – olokkan kaum yang lain , boleh jadi mereka yang diolok – olokkan lebih baik dari pada yang mengolok – olokkan, dan janganlah pula wanita – wanita mengolok – olok wanita yang lain boleh jadi wanita - wanita yang diperolok – olokkan lebih baik dari pada mereka yang mengolok – olok. Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil - memanggil dengan gelar – gelar yang buruk. Seburuk buruk panggilan adalah panggilan yang fasik setelah beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang – orang yang dzalim. “ ( QS. Al – Hujarat : 11 ).
“ Barangsipa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir berkatalah yang baik atau diam”. ( Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Alasan diturunkan dari bagian ayat ini dapat ditemukan dalam riwayat Abu Jubayrah ibnu Ad – Dhahak , ia menyatakan bahwa sewaktu Nabi akan memanggil salah seorang dari mereka ( Para sahabat ) dengan salah satu julukannya, orang – orang Madinah memberitahu Rosululloh bahwa orang tersebut membenci julukkan tersebut. Segera sesudah itu ayat ini diwahyukan “ janganlah kamu memanggil dengan gelar – gelar yang buruk.
Awal mula muncul ucapan lebel bodoh.
Ungkapan pada judul diatas pernah penulis dengar ketika melihat seorang anak sedang bersedih bahwa ibunya mencapnya sebagai anak yang bodoh, begitu juga teman – temannya ikut – ikutan bilang bodoh, tidak hanya itu ada oknum guru di sekolahnya juga memberikan lebel “ anak itu memang bodoh “, padahal ucapan – ucapan diatas sungguh meruntuhkan percaya diri anak, sehingga timbul penyakit minder pada dirinya dan ia merasa menjadi orang yang pesimis dan tidak berguna disebabkan telah muncul pada dirinya bahwa ia telah ditolak oleh lingkungannya, padahal dalam Islam perbuatan semacam ini sangat dicela oleh Alloh dan Rosululloh. Ingatlah wahai para ibu, seluruh ucapan yang baik maupun yang buruk kepada anak merupakan doa kepada mereka, mengatakan ia sebagai anak yang bodoh berarti mendoakan anaknya agar menjadi anak bodoh walaupun dalam hati ibu tidak bermaksud demikian.
Penyebab anak merasa bodoh.
Ada beberapa penyebab anak merasa dirinya bodoh, antara lain :
1. Anak dimasukkan kedalam kelompok kelas kurang berprestasi.
2. Seringnya anak dihadapkan dengan persoalan yang terlampau berat dan gagal menyelesaikan persoalan tersebut.
3. Lebel negatif yang diberikan orangtua seperti “ dasar anak bodoh “ akan diserap dan membuat anak percaya bahwa “ aku ini memang anak bodoh“. Sebagian anak mungkin tak akan menghiraukan kata – kata seperti itu. Tapi sebagian lain akan membangun identitas dirinya dari komentar – komentar yang negatif ini.
Apa akibat dari lebeling pada anak tersebut ?
Jika anak merasa dirinya bodoh efeknya bisa luas. Anak jadi malas melakukan tugas sekolah dan tanggung jawabnya karena merasa percuma. Hal ini merembet pada kepercayaan diri yang rendah, anak jadi tidak berani melakukan tugas dan tanggung jawab yang sudah menjadi bagian dalam dirinya, apalagi disuruh mencoba menyelesaikannya, ia dipenuhi ketakutan dan perasaan bersalah yang mendalam.
Adakah jalan keluar dari masalah tersebut?
Solusi yang disarankan jika putra putrinya mengalami masalah ini, antara lain :
1. Menyediakan waktu khusus dengan anak secara teratur ( reguler ).
2. Diskusikan apa yang anak alami sepanjang hari dan tanyakan perasaannya. Hal sepele seperti ini secara otomatis bisa mengurangi tingkat stress anak. Paling tidak anak akan merasa dirinya tetap dianggap penting oleh orangtua.
3. Jika anak stress pada suatu pelajaran, bantu ia untuk mempelajarinya.
4. Jika anak berhasil menyelesaikan tugasnya berilah ia pujian dengan rasa bangga. Pastikan, ia tahu kalau ayah dan ibunya percaya bahwa dirinya mempunyai kemampuan.
5. Tahan diri untuk cepat – cepat turun tangan membantu anak untuk melakukan sesuatu, membantu boleh – boleh saja, tapi tidak berarti mengambil alih atau langsung ikut campur tangan tanpa diimintanya.
6. Tanamkan sikap bahwa jika berbuat salah segera memperbaiki kesalahannya dan memohon ampun kepada Alloh dengan memperbanyak istighfar.
7. Motivasilah selalu agar ia berani mencoba, hindarkan perasaan takut salah, yang terpenting bukan betul atau salah tapi bagaimana cara ia melakukannya.
Oleh : Ahmad Riyadi, S.Pd.I ( Waka Bid Kesiswaan dan Guru Bimbingan Konseling SDIT Ulul Albab).
Maroji ‘ kitab :
Ø Menolak tafsir bid’ah, Abu Aminah Bilal Philips
Ø Tarbiyatul aulad, Dr. Nasih Ulwan
Ø Jamiul ulul wal hikam, Ibnu Rajab Al – Hambali
Ø Seratus satu masalah di sekolah, Rahmitha P. Sandjojo, P.si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar