MOHON DOA RESTUNYA PAK ….. KAMI SEMUA MAU
MELANJUTKAN SEKOLAH KE PESANTREN
Oleh
: Ahmad Riyadi, S.Pd.I
Mohon do’a restunya Pak! do’akan,
semoga kami dan teman – teman bisa diterima di sekolah yang baru pak ! Beberapa kalimat terucap dari murid -
murid SDIT Ulul Albab yang berduyun-duyun ke kantor guru dan kepala sekolah
sekedar mohon do’a restu. Alhamdulilah, mereka meminta doa restu kepada guru yang memberi bekal ilmu selama enam
tahun . Begitulah sekilas suasana Jum’at dan Sabtu kemarin. Hari terakhir
persiapan anak-anak SDIT Ulul Albab yang mau melepas masa sekolahnya, mohon doa
restu kepada orang tua di sekolah. Sungguh, ada perasaaan haru menyelimuti hati
para guru. Di raut wajah mereka nampak tersirat rasa kekuatiran, cemas dan
galau menyelimuti hati mereka. Mereka harus mempersiapkan diri dan beradaptasi
ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dan semoga beberapa nasihat ini
bermanfaat buat murid – muridku yang akan lulus dan bekal mereka menuju cita –
citanya, adapun nasihat tersebut antara lain :
1.
Pelajarilah
terus olehmu ilmu.
Alloh berfirman :
يا أيهالذين
أمنوا إذا قيل لكم تفسحوا فى المجلس فافسحوا يفسح الله لكم وإذا قيل انشزوا
فانشزوا ير فع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواا العلم درجت والله بما تعملون
خبير
Hai orang- orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu : ‘‘ Berlapang – lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya
Alloh akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : Berdirilah kamu,
maka berdirilah niscaya Alloh akan meninggikan orang – orang yang beriman
diantaramu dan orang – orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ( QS:Al – Mujaadilah : 11 ).
Mempelajari ilmu karena Alloh adalah
cerminan ketakutan hanya kepada Alloh, mencarinya merupakan ibadah , mengkajinya
merupakan tasbih dan membahasnya adalah jihad, mengajarkan ilmu kepada yang
belum tahu merupakan shodaqoh, dan teman yang paling baik ketika sendirian
adalah ilmu, teman karib disaat kesepian adalah ilmu dan pintu segala keutamaan
adalah ilmu. Maka perhatikanlah nasihat sahabat Mu’adz Bin Jabal radhiyallahu'anhu :
” Pelajarilah Ilmu,
karena mempelajarinya karena Allah adalah khasyah,
Menuntutnya adalah ibadah,
Mempelajarinya adalah tasbih,
Mencarinya adalah jihad,
Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah shadaqah,
Menyerahkan kepada ahlinya adalah taqarrub.
Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian”.
Maka pelajarilah dan terus cintailah ilmu niscaya kamu akan dapatkan kemuliaan. Abdulloh Bin Mubarok berkata : “ Sungguh aku heran pada saat sekarang ini kebanyakan mereka lebih qona’ah terhadap ilmu dan rakus terhadap harta”.
karena mempelajarinya karena Allah adalah khasyah,
Menuntutnya adalah ibadah,
Mempelajarinya adalah tasbih,
Mencarinya adalah jihad,
Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah shadaqah,
Menyerahkan kepada ahlinya adalah taqarrub.
Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian”.
Maka pelajarilah dan terus cintailah ilmu niscaya kamu akan dapatkan kemuliaan. Abdulloh Bin Mubarok berkata : “ Sungguh aku heran pada saat sekarang ini kebanyakan mereka lebih qona’ah terhadap ilmu dan rakus terhadap harta”.
2.Taatilah Alloh
dan Rosululloh.
Mentaati Alloh dan Rosululloh merupakan
kewajiban setiap muslim, Alloh berfirman :
يا يهاا لذين امنوا اطيعوا الله واطيعواالرسول ( النساء : 59 )
“Wahai Orang-orang yang beriman, taatlah kepada
Allah, dan taatlah kepada Rasul " (An-Nisa;59).
Tidak perlu diragukan bahwa
mentaati Allah adalah mentaati ilmu - ilmu dan syariatNya yang diwahyukan
melalui RasulNya. Sedangkan mentaati Rosululloh selalu mencontoh dan mengikuti
seluruh apa yang diperintahkan dan menjauhi seluruh larangannya sebagaimana
yang dikerjakan para sahabat Nabi. Barang siapa yang mentaati Alloh dan
Rosululloh maka ia akan memperoleh jaminan kemenangan. Alloh berfirman :
ومن
يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما ( الاحزاب : 71 )
Dan barangsiapa mentaati Alloh dan Rosul- Nya, maka sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar ( QS: Ahzab : 71 ).
3. Berbaktilah
kepada kedua orang tuamu.
Setiap orang diwajibkan berbakti kepada kedua
orang tua dalam kebajikan. Sesungguhnya keutamaan keduanya sangat besar. Tidak
ada di muka bumi ini orang yang mengurus dan memperhatikan anda seperti
keduanya. Oleh karena itu taatilah kedua orang tuamu, seandainya mereka berdua
memerintahkan kamu untuk mengeluarkan hartamu semuanya maka keluarkanlah semua
untuk keduanya. Sebab anda dan harta anda adalah milik orang tua anda, dan
yakinlah bahwa apa yang anda berikan kepada kedua orang tua anda belum memenuhi
hak keduanya.
Rosululloh bersabda : وعن ابى هريرة رضي الله عنه
قال : قال رسول الله : لا يجزى ولد والدا الا ان يجده مملوكا فيشتريه فيعتقه (
رواه مسلم ) Abu Hurairah berkata : Rosululloh bersabda : Tidak dapat seorang anak membalas budi kebaikan ayahnya, kecuali jika mendapatkan ayahnya tertawan menjadi budak sahaya, kemudian dibeli / ditebus dan dimerdekakannya. ( HR. Muslim ).
Bahz bin Hakim dari ayahnya dari neneknya berkata: "Saya tanya kepada Rasulullah : "Ya Rasulullah, siapakah harus saya taat?" Jawab Rasulullah : "Ibumu." Kemudian siapakah? tanya saya lagi. Jawab Rasulullah .: "Ibumu." Saya bertanya sekali lagi dan Rasulullah menjawab: "Ibumu." "Kemudian siapa?" tanya saya lagi." Rasulullah menjawab: "Ayahmu, kemudian yang terdekat dan yang dari kerabat." Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid bin Ali dari ayahnya dari neneknya berkata Rasulullah bersabda: "Andaikan ada khalimah yang lebih ringan dari kata UFF (aah) untuk dijadikan dasar serendah-rendahnya durhaka pada orang tua nescaya akan dilarang oleh Allah untuk mengatakannya, kerana itu seorang yang durhaka pada orang tuanya boleh berbuat apa yang diperbuat maka ia tidak akan masuk syurga, sebaliknya seorang yang bakti pada orang tuanya boleh berbuat apa saja maka tidak akan masuk neraka."
4. Hormatilah bapak ibu gurumu
Hormatilah bapak ibu guru karena mereka telah mengantar
pada kesuksesanmu.
Asy-Syaikh
Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr حفظه الله menjelaskan dalam
syarahnya hal. 84-86:
Nasehat adalah
menginginkan kebaikan bagi orang lain. Dan
engkau mencintai bagi mereka apa yang engkau cintai bagi dirimu. Jika Allah تعالى telah
memuliakan dan menganugerahimu ilmu dan keutamaan, maka tularkanlah hal itu
kepada yang lain. Agar mereka juga mendapatkan manfaat.
Dan lakukan semua itu dengan ikhlash
mengharap balasan dari Allah تعالى. Janganlah niatmu itu demi mendapatkan
balasan dari mereka, akan tetapi haraplah pahala akhirat.
Dan
sampaikan nasehat itu secara tersembunyi, berdua dan empat mata saja. Terlebih
ketika menasehatinya dari sebagian kesalahan dan penyimpangan. Sesungguhnya
nasehat itu jika disampaikan dengan menyendiri maka akan lebih berpengaruh dan
lebih berfaedah. Al-Hafizh Ibnu Rajab رحمه الله menyebutkan bahwa ulama salaf itu tidak
suka melakukan nasehat amar ma’ruf nahi munkar di depan khalayak ramai,
menampakkan orang yang salah. Kemudian beliau mengatakan: “Mereka lebih suka
melakukannya dengan tersembunyi, karena ini merupakan tanda adanya nasehat.
Seorang penasehat itu tidaklah selayaknya punya tujuan menyebarkan aib, karena
hal ini diharamkan.”
Dan juga sampaikan dengan terang
pada pelajaran, khutbah yang membawa manfaat bagi semua pihak.
Demikian
juga hormatilah ustadz dan gurumu. Hendaknya menghormati ulama dan orang yang
menyampaikan padanya ilmu. Sesuai dengan kadar hormatnya kepada ulama maka dia
akan mendapatkan faedah dari ulama tersebut. Demikian pula sebaliknya.
Asy-Syaikh Muhammad Mani’ رحمه الله
(seorang ulama Su’udiyah) berkata: “Dan tidak pantas bagi seorang penuntut
ilmu itu mencela dan menggunjing ulama dan juga para pengajar yang membantunya.
Jangan sampai dia membalas kebaikan ulama dengan kejelekan. Sebagaimana hal ini
banyak terjadi pada sekian banyak penuntut ilmu. Sehingga dia diharamkan dari
ilmu yang dimiliki ulama tersebut. Bahkan yang wajib adalah dia mengakui
keutamaan ulama itu, berdoa untuknya, menyebarkan kebaikannya dan melindungi
kejelekannya.”
Ingatlah
ucapan Ibnu Asakir رحمه الله: “Sesungguhnya daging para ulama itu masmumah.” Dan apa
maksudnya? Ingatlah bahwa orang yang menggunjing, menyebarkan aib dan mencela
para ulama yang merupakan pewaris nabi dan hujjah Allah تعالى di muka bumi
maka dia terancam dengan kejelekan, kerugian dan kebinasaan. Dia akan rugi
karena dia akan diharamkan dari ilmu ulama yang dia cela, dia akan binasa karena
bimbingan dan nasehatnya akan luput darinya.
Dan ingatlah ucapan Abu Hazim
seorang ulama salaf: “Engkau tidak akan menjadi ulama (tidak pantas disebut
ulama) sampai engkau memiliki tiga perangai:
- Tidak memusuhi orang yang di atasmu (dari segi ilmu, umur dan kedudukan)
- Tidak meremehkan orang yang di bawahmu.
- Tidak menginginkan dengan ilmu ini sekelumit dari dunia (entah kedudukan, entah agar dielu-elukan, entah agar kelihatan selalu tampil dan sebagainya). Lihat Siyar A’lam An-Nubala karya Adz-Dzahaby (6/90).
Koreksi dirimu apakah sudah benar
tujuan dan langkahmu. Indahkan kehidupanmu dengan adab. Karena Allah تعالى telah
mengawali firman-Nya dengan pelajaran adab kepada-Nya. Renungkanlah surat
Al-Fatihah niscaya akan ada pelajaran adab padanya.
Kemudian pada hal 159 Asy-Syaikh
mengatakan:
Ambillah ilmu dari ulama-ulama
besar, sebagaimana hal ini datang dari Ibnu Mas’ud رضي
الله عنه : “Senantiasa
manusia ini akan shalih keadaannya berpegang teguh, selama ilmu itu diambil
dari para shahabat Muhammad صلى الله عليه وسلم dan dari ulama-ulama besar mereka. Jika
datang dari ulama-ulama kacangan maka niscaya mereka akan binasa.”
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” no. 20446.
5. Ingatlah segenap teman – temanmu.
Ingatlah segenap teman – temanmu karena
meeka adalah temanmu dikala engkau menuntut ilmu.
Hasan Al –
Basri berkata : إخواننا أغلى من أهلنا إخوننا يذاكر
الاخرة وأهلنا يذا كر الدنيا
’’ Saudara – saudara kita lebih berharga ( mulia ) dari keluarga
kita, saudara kita mengingatkan kita akhirat sedangkan keluarga kita
mengingatkan dunia’’.
Ingatlah saudara kita, teman – teman kita yang dulu
sholat jama’ah bersama, makan siang bersama, shoum Romadhon bersama, bercanda
tertawa membuat kita terkenang, ingatlah pesan dan nasihatnya yang baik kepada
kita walaupun mungkin sekarang telah berpisah demi melanjutkan dan memperdalam
ilmunya di sekolah yang baru.
Hati – hatilah dalam berteman, hindari teman yang buruk
akhlaknya karena Rosululloh bersabda :
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ“Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya.” (HR. Ahmad).
Abud Darda’ berkata: di antara bentuk kecerdasan seseorang adalah selektif dalam memilih teman berjalan, teman bersama, dan teman duduknya. Sebab teman itu boleh dikatakan adalah teman akrab. Teman yang dalam perjalanan hidup nanti akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir, watak, perilaku, dan kebiasaan. Jika teman kita baik, insya Allah kita akan terkondisikan ikut baik dan sebaliknya.
Jangan sampai kita mengalami apa yang Allah ilustrasikan dalam ayat Al-Qur’an;
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً
يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُول
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (QS.25: 27 – 29).
Bahkan dalam al-Quran dikatakan, pada hari kiamat
itu orang-orang yang saling berteman dalam kemaksiatan akan menjadi musuh satu
sama lain karena saling mempersalahkan.
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ
إِلَّا الْمُتَّقِينَ”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf: 67).
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Musa berkata:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Permisalan teman yang baik dan teman yang jelek seperti (berteman) dengan pembawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Dan adapun (berteman) dengan pembawa minyak wangi kemungkinan dia akan memberimu, kemungkinan engkau membelinya, atau kemungkinan engkau mencium bau yang harum. Dan (berteman) dengan tukang pandai besi kemungkinan dia akan membakar pakaianmu atau engkau mendapatkan bau yang tidak enak.”
I Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bari (4/324) menjelaskan: “Di dalam
hadits ini terdapat larangan berteman dengan seseorang yang akan merusak agama
dan dunia. Hadits ini juga mengandung anjuran agar seseorang berteman dengan
orang yang akan bermanfaat bagi agama dan dunianya. Semoga menjadi pelajaran
berharga bagi kita semua.
6.Jagalah aqidah
kalian, segala ibadah kalian dan sholat kalian kapanpun , dimanapun kalian
berada.
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ . لا شَرِيكَ
لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah,
‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb
semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)’.” (QS. Al-An'âm
[6]: 162-163)
Dalam Islam, kesaksian ini merupakan amalan
yang dilakukan pertama kali, terakhir kali dan sepanjang hidup baik secara
lahir maupun batin. Hal ini juga merupakan pokok aqidah yang diserukan oleh
semua Rasul.
يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ
كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا
سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ
أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ
إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ
يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ
عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
“Wahai anak kecil, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau akan menemui-Nya berada di hadapanmu. Bila kau meminta maka mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberimu manfaat, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat apa pun kepadamu selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, niscaya mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (penulis takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (tempat menulis takdir) telah kering.” (HR. At-Tirmidzi no. 2516)
Maksudnya: Takdir tidak akan bisa lagi berubah.
“Wahai anak kecil, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau akan menemui-Nya berada di hadapanmu. Bila kau meminta maka mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberimu manfaat, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat apa pun kepadamu selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, niscaya mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (penulis takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (tempat menulis takdir) telah kering.” (HR. At-Tirmidzi no. 2516)
Maksudnya: Takdir tidak akan bisa lagi berubah.
Betapa cepatnya waktu bergulir, siang dan malam silih berganti
tanpa kita
sadari, berputar terus tanpa henti merenggut hari-hari dan umur kita. Bulan
demi bulan terus berlalu seakan bagai mimpi, lewat dengan begitu cepat seperti
seorang penyebrang jalan. Bahkan setahun pun tidak kita rasakan, padahal ia
adalah kesempatan untuk persiapan menuju perjalanan yang jauh.., apa yang telah
kita perbuat selama ini, ketaatan apa yang dapat kita persembahkan?Pahala dan
kebaikan apa yang telah kita usahakan?
Setiap Orang akan Mendapati Apa yang Ia Kerjakan Walaupun kita telah lupa terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu, baik itu kebaikan maupun keburukan, namun itu semua terjaga dan tercatat dalam bukucatatan amal. Dua malaikat pencatat (kiraman katibin) tak pernah lalaimengawasi gerak-gerik dan ucapan kita.
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. 50:18) .
sadari, berputar terus tanpa henti merenggut hari-hari dan umur kita. Bulan
demi bulan terus berlalu seakan bagai mimpi, lewat dengan begitu cepat seperti
seorang penyebrang jalan. Bahkan setahun pun tidak kita rasakan, padahal ia
adalah kesempatan untuk persiapan menuju perjalanan yang jauh.., apa yang telah
kita perbuat selama ini, ketaatan apa yang dapat kita persembahkan?Pahala dan
kebaikan apa yang telah kita usahakan?
Setiap Orang akan Mendapati Apa yang Ia Kerjakan Walaupun kita telah lupa terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu, baik itu kebaikan maupun keburukan, namun itu semua terjaga dan tercatat dalam bukucatatan amal. Dua malaikat pencatat (kiraman katibin) tak pernah lalaimengawasi gerak-gerik dan ucapan kita.
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. 50:18) .
7. Akhlaqul
Karimah jangan kau tinggalkan dan bertaqwalah kepada Alloh dimanpun kalian
berada.
وإنك لعلى خلق عظيم
”Sesungguhnya,
engkau (wahai Muhammad) adalah benar-benar
berakhlak yang agung” (QS Al-Qalam : 4)
Iman yang benar melahirkan akhlakul karimah.
Keimanan yang tidak berefek pada perbaikan budi pekerti sama jeleknya dengan
akhlak yang tidak bersumber dari nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada
Allah. Boleh jadi dibalik penampakan akhlaknya tersembunyi agenda tertentu yang
tersembunyi. Misalnya, tiba-tiba ia menjadi dermawan, bagi-bagi rizki menjelang
pemilu. Tidak sebagaimana kebiasaan kehidupan sehari-hari. Itulah yang disebut riya.
Rasulullah bersabda :عن أبى ذر جندب بن جنادة وأبى عبدالرحمن معاذ ابن جبل رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها و خالق الناس بخلق حسن ( رواه الترمذى حديث حسن صحيح )
" Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abi Abdirrahman Mu’adz Bin Jabal dari Rosululloh bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan ikutilah keburukan dengan kebaikan supaya bisa menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. At – Tirmidzi, hadits hasan shohih ).
Kata Ibnu Mas’ud, taqwa adalah engkau selalu mentauhidkan
Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Selalu mensyukuri karunia-Nya dan tidak
mengingkari-Nya. Selalu mendekati-Nya dan tidak menjauhi-Nya. Selalu mengabd,
taat kepada-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. Selalu memuliakan-Nya dan tidak merendahkan-Nya.
Rasulullah pernah berdoa: "Ya Allah, aku berlindung kepada-MU dari kehusyu’ nya orang munafik." Penampilan lahiriah bukan cerminan dari isi hati. Lain di mulut, lain pula di hati.
Jadi, iman sama pentingnya dengan akhlak. Ibarat sebuah pohon, iman adalah bagaikan akarnya yang mengunjam dan buahnya adalah akhlak. Yang bisa dipanen setiap saat (tukti ukulaha kulla hin). Kematangan akhlak berbanding lurus dengan kematangan iman. Iman yang matang karena karbitan akan melahirkan akhlak karbitan pula. Akhlak yang diproses secara instan, sudah barang tentu kecut rasanya.
ماَ مِنْ شَئ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
"Tiada sesuatu yang lebih berat pada timbangan seorang hamba di hari kiamat selain daripada akhlak yang baik." (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi).
ماَ الدينُ ؟ قاَلَ : حُسْنُ الْخُلُقِ وَ سُئِلَ ماَ الشؤْمُ ؟ قاَلَ : سُوْءُ الْخُلُقِ
"Rasulullah SAW pernah ditanya, Apakah dinul Islam itu? Beliau menjawab: akhlak." اAhmad).
Asesoris lahiriyah itu penting. Hiasan batiniyah jauh lebih penting. Aset bendawi itu penting tapi aset bernama adab jauh lebih penting. Pembangunan fisik itu penting tetapi membangun jiwa/ruhani jauh lebih penting. Menjaga kesehatan badan itu penting namun, memelihara kesehatan spiritual jauh lebih penting.
Maroji’ :Rasulullah pernah berdoa: "Ya Allah, aku berlindung kepada-MU dari kehusyu’ nya orang munafik." Penampilan lahiriah bukan cerminan dari isi hati. Lain di mulut, lain pula di hati.
Jadi, iman sama pentingnya dengan akhlak. Ibarat sebuah pohon, iman adalah bagaikan akarnya yang mengunjam dan buahnya adalah akhlak. Yang bisa dipanen setiap saat (tukti ukulaha kulla hin). Kematangan akhlak berbanding lurus dengan kematangan iman. Iman yang matang karena karbitan akan melahirkan akhlak karbitan pula. Akhlak yang diproses secara instan, sudah barang tentu kecut rasanya.
ماَ مِنْ شَئ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
"Tiada sesuatu yang lebih berat pada timbangan seorang hamba di hari kiamat selain daripada akhlak yang baik." (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi).
ماَ الدينُ ؟ قاَلَ : حُسْنُ الْخُلُقِ وَ سُئِلَ ماَ الشؤْمُ ؟ قاَلَ : سُوْءُ الْخُلُقِ
"Rasulullah SAW pernah ditanya, Apakah dinul Islam itu? Beliau menjawab: akhlak." اAhmad).
Asesoris lahiriyah itu penting. Hiasan batiniyah jauh lebih penting. Aset bendawi itu penting tapi aset bernama adab jauh lebih penting. Pembangunan fisik itu penting tetapi membangun jiwa/ruhani jauh lebih penting. Menjaga kesehatan badan itu penting namun, memelihara kesehatan spiritual jauh lebih penting.
- Riyadhus Sholihin, Abu Zakariya Yahya Bin Syar An - Nawawi.
- Hadits Arba’in Nawawi,
- Siyar A’lam An-Nubala karya Adz-Dzahaby
- Makalah nasihat tentang hormatilah gurumu dan ulama’mu, Asy-Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr حفظه الله
Tidak ada komentar:
Posting Komentar