Demi Masa

MENSUCIKAN HATI DALAM MENGGAPAI RIDHO ILAHI

Selasa, 15 Mei 2012

MOHON DOA RESTUNYA PAK ….. KAMI SEMUA  MAU  MELANJUTKAN SEKOLAH KE PESANTREN
                                                                Oleh : Ahmad Riyadi, S.Pd.I
Mohon do’a restunya Pak! do’akan, semoga kami dan teman – teman bisa diterima di sekolah yang baru  pak ! Beberapa kalimat terucap dari murid - murid SDIT Ulul Albab yang berduyun-duyun ke kantor guru dan kepala sekolah sekedar mohon do’a restu. Alhamdulilah, mereka meminta doa restu  kepada guru yang memberi bekal ilmu selama enam tahun . Begitulah sekilas suasana Jum’at dan Sabtu kemarin. Hari terakhir persiapan anak-anak SDIT Ulul Albab yang mau melepas masa sekolahnya, mohon doa restu kepada orang tua di sekolah. Sungguh, ada perasaaan haru menyelimuti hati para guru. Di raut wajah mereka nampak tersirat rasa kekuatiran, cemas dan galau menyelimuti hati mereka. Mereka harus mempersiapkan diri dan beradaptasi ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dan semoga beberapa nasihat ini bermanfaat buat murid – muridku yang akan lulus dan bekal mereka menuju cita – citanya, adapun nasihat tersebut antara lain : 
1.      Pelajarilah terus olehmu ilmu.
Alloh berfirman :
يا أيهالذين أمنوا إذا قيل لكم تفسحوا فى المجلس فافسحوا يفسح الله لكم وإذا قيل انشزوا فانشزوا ير فع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواا العلم درجت والله بما تعملون خبير
Hai orang- orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu : ‘‘ Berlapang – lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : Berdirilah kamu, maka berdirilah niscaya Alloh akan meninggikan orang – orang yang beriman diantaramu dan orang – orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ( QS:Al – Mujaadilah : 11 ).
Mempelajari ilmu karena Alloh adalah cerminan ketakutan hanya kepada Alloh, mencarinya merupakan ibadah , mengkajinya merupakan tasbih dan membahasnya adalah jihad, mengajarkan ilmu kepada yang belum tahu merupakan shodaqoh, dan teman yang paling baik ketika sendirian adalah ilmu, teman karib disaat kesepian adalah ilmu dan pintu segala keutamaan adalah ilmu. Maka perhatikanlah nasihat sahabat Mu’adz Bin Jabal radhiyallahu'anhu : 
” Pelajarilah Ilmu,
karena mempelajarinya karena Allah adalah khasyah,
Menuntutnya adalah ibadah,
Mempelajarinya adalah tasbih,
Mencarinya adalah jihad,
Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah shadaqah,
Menyerahkan kepada ahlinya adalah taqarrub.
Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian”.

Maka pelajarilah dan terus cintailah ilmu niscaya kamu akan dapatkan kemuliaan. Abdulloh Bin Mubarok berkata : “ Sungguh aku heran pada saat sekarang ini kebanyakan mereka lebih qona’ah terhadap ilmu dan rakus terhadap harta”. 

2.Taatilah Alloh dan Rosululloh.
Mentaati Alloh dan Rosululloh merupakan kewajiban setiap muslim, Alloh berfirman :
يا يهاا لذين امنوا اطيعوا الله واطيعواالرسول  ( النساء : 59 )
Wahai Orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul " (An-Nisa;59).
 Tidak perlu diragukan bahwa mentaati Allah adalah mentaati ilmu - ilmu dan syariatNya yang diwahyukan melalui RasulNya. Sedangkan mentaati Rosululloh selalu mencontoh dan mengikuti seluruh apa yang diperintahkan dan menjauhi seluruh larangannya sebagaimana yang dikerjakan para sahabat Nabi. Barang siapa yang mentaati Alloh dan Rosululloh maka ia akan memperoleh jaminan kemenangan. Alloh berfirman :      
 ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما ( الاحزاب : 71 )         
Dan barangsiapa mentaati Alloh dan Rosul- Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar ( QS: Ahzab : 71 ).

3. Berbaktilah kepada kedua orang tuamu.
Setiap orang diwajibkan berbakti kepada kedua orang tua dalam kebajikan. Sesungguhnya keutamaan keduanya sangat besar. Tidak ada di muka bumi ini orang yang mengurus dan memperhatikan anda seperti keduanya. Oleh karena itu taatilah kedua orang tuamu, seandainya mereka berdua memerintahkan kamu untuk mengeluarkan hartamu semuanya maka keluarkanlah semua untuk keduanya. Sebab anda dan harta anda adalah milik orang tua anda, dan yakinlah bahwa apa yang anda berikan kepada kedua orang tua anda belum memenuhi hak keduanya.
Rosululloh bersabda : وعن ابى هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله : لا يجزى ولد والدا الا ان يجده مملوكا فيشتريه فيعتقه ( رواه مسلم )             
Abu Hurairah berkata : Rosululloh bersabda : Tidak dapat seorang anak membalas budi kebaikan ayahnya, kecuali jika mendapatkan ayahnya tertawan menjadi budak sahaya, kemudian dibeli /  ditebus dan dimerdekakannya. ( HR. Muslim ).           
            Bahz bin Hakim dari ayahnya dari neneknya berkata: "Saya tanya kepada Rasulullah : "Ya Rasulullah, siapakah harus saya taat?" Jawab Rasulullah : "Ibumu." Kemudian siapakah? tanya saya lagi. Jawab Rasulullah .: "Ibumu." Saya bertanya sekali lagi dan Rasulullah  menjawab: "Ibumu." "Kemudian siapa?" tanya saya lagi." Rasulullah menjawab: "Ayahmu, kemudian yang terdekat dan yang dari kerabat." Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid bin Ali dari ayahnya dari neneknya berkata Rasulullah bersabda: "Andaikan ada khalimah yang lebih ringan dari kata UFF (aah) untuk dijadikan dasar serendah-rendahnya durhaka pada orang tua nescaya akan dilarang oleh Allah untuk mengatakannya, kerana itu seorang yang durhaka pada orang tuanya boleh berbuat apa yang diperbuat maka ia tidak akan masuk syurga, sebaliknya seorang yang bakti pada orang tuanya boleh berbuat apa saja maka tidak akan masuk neraka."

     4. Hormatilah bapak ibu gurumu

Hormatilah bapak ibu guru karena mereka telah mengantar pada kesuksesanmu.
Asy-Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr حفظه الله menjelaskan dalam syarahnya hal. 84-86:
Nasehat adalah menginginkan kebaikan bagi orang lain. Dan engkau mencintai bagi mereka apa yang engkau cintai bagi dirimu. Jika Allah تعالى telah memuliakan dan menganugerahimu ilmu dan keutamaan, maka tularkanlah hal itu kepada yang lain. Agar mereka juga mendapatkan manfaat.
Dan lakukan semua itu dengan ikhlash mengharap balasan dari Allah تعالى. Janganlah niatmu itu demi mendapatkan balasan dari mereka, akan tetapi haraplah pahala akhirat.
Dan sampaikan nasehat itu secara tersembunyi, berdua dan empat mata saja. Terlebih ketika menasehatinya dari sebagian kesalahan dan penyimpangan. Sesungguhnya nasehat itu jika disampaikan dengan menyendiri maka akan lebih berpengaruh dan lebih berfaedah. Al-Hafizh Ibnu Rajab رحمه الله menyebutkan bahwa ulama salaf itu tidak suka melakukan nasehat amar ma’ruf nahi munkar di depan khalayak ramai, menampakkan orang yang salah. Kemudian beliau mengatakan: “Mereka lebih suka melakukannya dengan tersembunyi, karena ini merupakan tanda adanya nasehat. Seorang penasehat itu tidaklah selayaknya punya tujuan menyebarkan aib, karena hal ini diharamkan.”
Dan juga sampaikan dengan terang pada pelajaran, khutbah yang membawa manfaat bagi semua pihak.
Demikian juga hormatilah ustadz dan gurumu. Hendaknya menghormati ulama dan orang yang menyampaikan padanya ilmu. Sesuai dengan kadar hormatnya kepada ulama maka dia akan mendapatkan faedah dari ulama tersebut. Demikian pula sebaliknya.
Asy-Syaikh Muhammad Mani’ رحمه الله (seorang ulama Su’udiyah) berkata: “Dan tidak pantas bagi seorang penuntut ilmu itu mencela dan menggunjing ulama dan juga para pengajar yang membantunya. Jangan sampai dia membalas kebaikan ulama dengan kejelekan. Sebagaimana hal ini banyak terjadi pada sekian banyak penuntut ilmu. Sehingga dia diharamkan dari ilmu yang dimiliki ulama tersebut. Bahkan yang wajib adalah dia mengakui keutamaan ulama itu, berdoa untuknya, menyebarkan kebaikannya dan melindungi kejelekannya.”
Ingatlah ucapan Ibnu Asakir رحمه الله: “Sesungguhnya daging para ulama itu masmumah.” Dan apa maksudnya? Ingatlah bahwa orang yang menggunjing, menyebarkan aib dan mencela para ulama yang merupakan pewaris nabi dan hujjah Allah تعالى di muka bumi maka dia terancam dengan kejelekan, kerugian dan kebinasaan. Dia akan rugi karena dia akan diharamkan dari ilmu ulama yang dia cela, dia akan binasa karena bimbingan dan nasehatnya akan luput darinya.
Dan ingatlah ucapan Abu Hazim seorang ulama salaf: “Engkau tidak akan menjadi ulama (tidak pantas disebut ulama) sampai engkau memiliki tiga perangai:
  1. Tidak memusuhi orang yang di atasmu (dari segi ilmu, umur dan kedudukan)
  2. Tidak meremehkan orang yang di bawahmu.
  3. Tidak menginginkan dengan ilmu ini sekelumit dari dunia (entah kedudukan, entah agar dielu-elukan, entah agar kelihatan selalu tampil dan sebagainya). Lihat Siyar A’lam An-Nubala karya Adz-Dzahaby (6/90).
Koreksi dirimu apakah sudah benar tujuan dan langkahmu. Indahkan kehidupanmu dengan adab. Karena Allah تعالى telah mengawali firman-Nya dengan pelajaran adab kepada-Nya. Renungkanlah surat Al-Fatihah niscaya akan ada pelajaran adab padanya.
Kemudian pada hal 159 Asy-Syaikh mengatakan:
Ambillah ilmu dari ulama-ulama besar, sebagaimana hal ini datang dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه : “Senantiasa manusia ini akan shalih keadaannya berpegang teguh, selama ilmu itu diambil dari para shahabat Muhammad صلى الله عليه وسلم dan dari ulama-ulama besar mereka. Jika datang dari ulama-ulama kacangan maka niscaya mereka akan binasa.” Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” no. 20446.

 5.  Ingatlah segenap teman – temanmu.
Ingatlah segenap teman – temanmu karena meeka adalah temanmu dikala engkau menuntut ilmu.
      Hasan Al – Basri  berkata :        إخواننا أغلى من أهلنا إخوننا يذاكر الاخرة وأهلنا يذا كر الدنيا
’’ Saudara – saudara kita lebih berharga ( mulia ) dari keluarga kita, saudara kita mengingatkan kita akhirat sedangkan keluarga kita mengingatkan dunia’’.
Ingatlah saudara kita, teman – teman kita yang dulu sholat jama’ah bersama, makan siang bersama, shoum Romadhon bersama, bercanda tertawa membuat kita terkenang, ingatlah pesan dan nasihatnya yang baik kepada kita walaupun mungkin sekarang telah berpisah demi melanjutkan dan memperdalam ilmunya di sekolah yang baru.
Hati – hatilah dalam berteman, hindari teman yang buruk akhlaknya karena Rosululloh bersabda :
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya.” (HR. Ahmad).
Abud Darda’ berkata:  di antara bentuk kecerdasan seseorang adalah selektif dalam memilih teman berjalan, teman bersama, dan teman duduknya. Sebab teman itu boleh dikatakan adalah teman akrab. Teman yang dalam perjalanan hidup nanti akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir, watak, perilaku, dan kebiasaan. Jika teman kita baik, insya Allah kita akan terkondisikan ikut baik dan sebaliknya.
Jangan sampai kita mengalami apa yang Allah ilustrasikan dalam ayat Al-Qur’an;
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً
يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُول
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (QS.25: 27 – 29).
Bahkan dalam al-Quran dikatakan, pada hari kiamat itu orang-orang yang saling berteman dalam kemaksiatan akan menjadi musuh satu sama lain karena saling mempersalahkan.
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf: 67).
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Musa berkata:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Permisalan teman yang baik dan teman yang jelek seperti (berteman) dengan pembawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Dan adapun (berteman) dengan pembawa minyak wangi kemungkinan dia akan memberimu, kemungkinan engkau membelinya, atau kemungkinan engkau mencium bau yang harum. Dan (berteman) dengan tukang pandai besi kemungkinan dia akan membakar pakaianmu atau engkau mendapatkan bau yang tidak enak.”
I    Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bari (4/324) menjelaskan: “Di dalam hadits ini terdapat larangan berteman dengan seseorang yang akan merusak agama dan dunia. Hadits ini juga mengandung anjuran agar seseorang berteman dengan orang yang akan bermanfaat bagi agama dan dunianya. Semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.     

     6.Jagalah  aqidah kalian, segala ibadah kalian dan sholat kalian kapanpun , dimanapun kalian berada.
      قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)’.” (QS. Al-An'âm [6]: 162-163)
Dalam Islam, kesaksian ini merupakan amalan yang dilakukan pertama kali, terakhir kali dan sepanjang hidup baik secara lahir maupun batin. Hal ini juga merupakan pokok aqidah yang diserukan oleh semua Rasul.

يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
“Wahai anak kecil, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau akan menemui-Nya berada di hadapanmu. Bila kau meminta maka mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberimu manfaat, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat apa pun kepadamu selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, niscaya mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (penulis takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (tempat menulis takdir) telah kering.” (HR. At-Tirmidzi no. 2516)
Maksudnya: Takdir tidak akan bisa lagi berubah.

     Betapa cepatnya waktu bergulir, siang dan malam silih berganti tanpa kita
sadari, berputar terus tanpa henti merenggut hari-hari dan umur kita. Bulan
demi bulan terus berlalu seakan bagai mimpi, lewat dengan begitu cepat seperti
seorang penyebrang jalan. Bahkan setahun pun tidak kita rasakan, padahal ia
adalah kesempatan untuk persiapan menuju perjalanan yang jauh.., apa yang telah
kita perbuat selama ini, ketaatan apa yang dapat kita persembahkan?Pahala dan
kebaikan apa yang telah kita usahakan?

Setiap Orang akan Mendapati Apa yang Ia Kerjakan Walaupun kita telah lupa terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu, baik itu kebaikan maupun keburukan, namun itu semua terjaga dan tercatat dalam bukucatatan amal. Dua malaikat pencatat (kiraman katibin) tak pernah lalaimengawasi gerak-gerik dan ucapan kita.

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. 50:18)
.
    
     7.  Akhlaqul Karimah jangan kau tinggalkan dan bertaqwalah kepada Alloh dimanpun kalian berada.
وإنك لعلى خلق عظيم
”Sesungguhnya, engkau (wahai Muhammad) adalah benar-benar  berakhlak yang agung” (QS Al-Qalam : 4)
Iman yang benar melahirkan akhlakul karimah. Keimanan yang tidak berefek pada perbaikan budi pekerti sama jeleknya dengan akhlak yang tidak bersumber dari nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Boleh jadi dibalik penampakan akhlaknya tersembunyi agenda tertentu yang tersembunyi. Misalnya, tiba-tiba ia menjadi dermawan, bagi-bagi rizki menjelang pemilu. Tidak sebagaimana kebiasaan kehidupan sehari-hari. Itulah yang disebut riya.
Rasulullah  bersabda :
عن أبى ذر جندب بن جنادة وأبى عبدالرحمن معاذ ابن جبل رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها و خالق الناس بخلق حسن ( رواه الترمذى حديث حسن صحيح )                          
 " Dari Abu Dzar  Jundub bin Junadah dan Abi Abdirrahman Mu’adz Bin Jabal dari Rosululloh bersabda : Bertakwalah kepada Allah  dimanapun kamu berada dan ikutilah keburukan dengan kebaikan supaya bisa menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. At – Tirmidzi, hadits hasan shohih ).
Kata Ibnu Mas’ud, taqwa adalah engkau selalu mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Selalu mensyukuri karunia-Nya dan tidak mengingkari-Nya. Selalu mendekati-Nya dan tidak menjauhi-Nya. Selalu mengabd, taat kepada-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. Selalu memuliakan-Nya dan tidak merendahkan-Nya.

Rasulullah  pernah berdoa: "Ya Allah, aku berlindung kepada-MU dari kehusyu’ nya orang munafik." Penampilan lahiriah bukan cerminan dari isi hati. Lain di mulut, lain pula di hati.

Jadi, iman sama pentingnya dengan akhlak. Ibarat sebuah pohon, iman adalah bagaikan akarnya yang mengunjam dan buahnya adalah akhlak. Yang bisa dipanen setiap saat (tukti ukulaha kulla hin). Kematangan akhlak berbanding lurus dengan kematangan iman. Iman yang matang karena karbitan akan melahirkan akhlak karbitan pula. Akhlak yang diproses secara instan, sudah barang tentu kecut rasanya.

ماَ مِنْ شَئ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

"Tiada sesuatu yang lebih berat pada timbangan seorang hamba di hari kiamat selain daripada akhlak yang baik." (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi).

ماَ الدينُ ؟ قاَلَ : حُسْنُ الْخُلُقِ وَ سُئِلَ ماَ الشؤْمُ ؟ قاَلَ : سُوْءُ الْخُلُقِ

"Rasulullah SAW pernah ditanya, Apakah dinul Islam itu? Beliau menjawab: akhlak." اAhmad).

Asesoris lahiriyah itu penting. Hiasan batiniyah jauh lebih penting. Aset bendawi itu penting tapi aset bernama adab jauh lebih penting. Pembangunan fisik itu penting tetapi membangun jiwa/ruhani jauh lebih penting. Menjaga kesehatan badan itu penting namun, memelihara kesehatan spiritual jauh lebih penting.


Maroji’ :
  • Riyadhus Sholihin, Abu Zakariya Yahya Bin Syar An -  Nawawi.
  • Hadits Arba’in Nawawi,
  • Siyar A’lam An-Nubala karya Adz-Dzahaby
  •  Makalah nasihat tentang hormatilah gurumu dan ulama’mu, Asy-Syaikh Abdurrazaq bin Abdul     Muhsin Al-Badr حفظه الله